Computer analysis

 


1. Pendahuluan[Kembali]

     Dalam dunia elektronika modern, simulasi berbasis komputer menjadi alat penting untuk merancang, menguji, dan menganalisis performa rangkaian tanpa harus langsung merakit perangkat kerasnya. Salah satu software yang banyak digunakan dalam simulasi rangkaian adalah PSpice, yang memungkinkan analisis DC, transient, dan tampilan grafik melalui fitur seperti Probe. Pada materi ini, kita akan mempelajari simulasi komparator berbasis op-amp untuk mengontrol LED, dan osilator berbasis IC 555 timer, yang umum digunakan dalam aplikasi digital dan kontrol.

2. Tujuan[Kembali]

  • Memahami konsep dasar dan fungsi rangkaian komparator menggunakan op-amp.

  • Menganalisis respon output komparator terhadap perubahan tegangan input melalui simulasi DC Sweep.

  • Menganalisis respon LED sebagai indikator hasil komparator.

  • Mempelajari konfigurasi IC 555 sebagai astable multivibrator (osilator).

  • Menentukan waktu naik (T_high), turun (T_low), dan frekuensi output dari rangkaian osilator 555.

  • Mengasah keterampilan menggunakan PSpice untuk keperluan analisis elektronik praktis.

3. Alat dan Bahan[Kembali]

  • 1. Function Generator

           Function Generator adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan berbagai bentuk gelombang sinus, kotak, segitiga, dan lain-lain dengan frekuensi dan amplitudo yang bisa diatur.

        2. Op Amp

            Op-amp (operational amplifier) adalah komponen elektronik analog yang berfungsi sebagai penguat tegangan. Komponen ini memiliki dua terminal input, yaitu input non-inverting (+) dan input inverting (−), serta satu terminal output. Beberapa konfigurasi umum op-amp meliputi inverting amplifier (input diberikan ke terminal inverting, output berbanding terbalik dengan input), non-inverting amplifier (input ke terminal non-inverting, output searah dengan input), dan voltage follower (output langsung mengikuti input tanpa penguatan).


        3.  Resistor

        Resistor adalah komponen elektronik pasif yang berfungsi untuk menghambat atau membatasi aliran arus listrik dalam suatu rangkaian, komponen ini digunakan untuk mengatur arus, membagi tegangan, melindungi komponen lain dari arus berlebih, dan sebagai bagian dari filter, pengatur waktu, atau pembentuk sinyal. Nilai hambatan resistor ditentukan oleh kode warna atau ditulis langsung pada bodinya

        4. Ground

        Ground dalam sebuah rangkaian elektronik adalah titik referensi tegangan nol volt yang digunakan sebagai acuan untuk semua tegangan lainnya dalam rangkaian. Ground bukan berarti harus terhubung secara fisik ke bumi, tapi bisa berarti titik nol secara konseptual atau fungsional di dalam sistem.

        5. Power Supply

         Power supply adalah perangkat atau rangkaian yang berfungsi untuk menyediakan energi listrik kepada komponen atau sistem elektronik. Secara umum, power supply dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu DC power supply yang menghasilkan arus searah (direct current), dan AC power supply yang menghasilkan arus bolak-balik (alternating current).

        6. Oscilloscope

            Berguna untuk melihat sinyal atau gelombang input dan output yang dihasilkan.



4. Dasar Teori[Kembali]

A. Resistor 

    Resistor merupakan salah satu komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk membatasi arus yang mengalir pada suatu rangkaian dan berfungsi sebagai terminal antara dua komponen elektronika. Tegangan pada suatu resistor sebanding dengan arus yang melewatinya (V=I R).

Simbol :

Cara menghitung nilai resistansi resistor dengan gelang warna:
  1. Masukkan angka langsung dari kode warna gelang pertama
  2. Masukkan angka langsung dari kode warna gelang kedua
  3. Masukkan angka langsung dari kode warna gelang ketiga
  4. Masukkan jumlah nol dari kode warna gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10(10^n)


Rumus :



Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.   

B. Kapasitor


      Adapun rangkaian HPF +40dB/dec adalah seperti pada rangkaian dibawah. Dari rangkaian terlihat bahwa sinyal input diserikan dengan kapasitor C, sehingga sinyal input yang berfrekuensi diatas frekuensi cut-off akan dilewatkan dan sebaliknya dibawah frekuensi cut-off akan diredam atau dilemahkan. Pelemahan terjadi karena reaktansi XC akan semakin besar apabila frekuensi semakin kecil seperti hubungan berikut.

Simbol :

Cara menghitung nilai kapasitor :
  1. Masukan 2 angka pertama langsung untuk nilai kapasitor.
  2. Angka ke-3 berfungsi sebagai perpangkatan (10^n) nilai kapasitor.
  3. Satuan kapasitor dalam piko farad.
  4. Huruf terakhir menyatakan nilai toleransi dari kapasitor.
    Nilai kapasitor (104J) : 10 * 10^4 pF = 10^5 pF = 100nF; toleransi 5% = ± 95nF sampai 105nF
Kapasitor adalah komponen elektronika pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara.

Daftar nilai toleransi kapasitor :
  1. B = 0.10pF
  2. C = 0.25pF
  3. D = 0.5pF
  4. E = 0.5%
  5. F = 1%
  6. G = 2%
  7. H = 3%
  8. J = 5%
  9. K = 10%
  10. M = 20%
  11. Z = + 80% dan -20%
Rumus kapasitor 

C. Transistor 

      Transistor adalah sebuah komponen di dalam elektronika yang diciptakan dari bahan-bahan semikonduktor dan memiliki tiga buah kaki. Masing-masing kaki disebut sebagai basis, kolektor, dan emitor.
  1. Emitor (E) memiliki fungsi untuk menghasilkan elektron atau muatan negatif.
  2. Kolektor (C) berperan sebagai saluran bagi muatan negatif untuk keluar dari dalam transistor.
  3. Basis (B) berguna untuk mengatur arah gerak muatan negatif yang keluar dari transistor melalui kolektor.
Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP. 
  1. Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Kolektor ke Emitor.
  2. Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor ke Kolektor.

Rumus :

Konfigurasi transistor bipolar :

Cara mengukur transistor bipolar

Karakteristik input
    Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran electron sebagai prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu daerah emitter, daerah basis dan daerah disebut kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang lain antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor-basis, atau disingkat dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emitter-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitter-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.

Karakteristik output
    Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif, daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu besar.

Gelombang I/O Transistor

D. Op-Amp

    Op-Amp adalah salah satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan Penguat Operasional.

Karakteristik penguat ideal adalah:
    Impedansi input sangat besar (Zi >>). Impedansi input adalah sangat besar sehingga arus input ke rangkaian dalam op-amp sangat kecil sehingga tegangan input sepenuhnya dapat dikuatkan.

 a. Komparator Op-Amp

Komparator Op-Amp sebagai Pengendali LED: Prinsip dan Aplikasi

Komparator berbasis op-amp merupakan rangkaian penting yang berfungsi membandingkan tegangan input (Vi) dengan tegangan referensi (Vref). Dalam mode open-loop, op-amp bekerja dengan gain sangat tinggi sehingga perbedaan kecil antara kedua input akan menghasilkan output saturasi penuh. Ketika tegangan pada input non-inverting (+) lebih besar dari input inverting (-), output akan mencapai saturasi positif (+Vsat), dan sebaliknya akan mencapai saturasi negatif (-Vsat).

Terdapat dua konfigurasi utama untuk mengendalikan LED:

  1. Konfigurasi inverting: Vref dihubungkan ke input inverting. LED akan menyala ketika Vi > Vref karena output mencapai +Vsat dan mengalirkan arus melalui resistor pembatas (contoh: 470Ω).

  2. Konfigurasi non-inverting: Vref dihubungkan ke input non-inverting. LED menyala ketika Vi < Vref, meskipun umumnya memerlukan komponen tambahan seperti transistor untuk menangani output negatif.

Dalam aplikasi praktis seperti simulasi Gambar 13.32, ketika Vi disweep dari 4V hingga 8V dengan Vref tetap 6V pada input inverting, LED akan menyala saat Vi melebihi 6V. Karakteristik op-amp ideal memastikan tidak ada arus mengalir ke input (impedansi input tinggi) dan tegangan input sama saat terjadi peralihan (virtual short).

Aplikasi umum meliputi:

  • Sistem deteksi level tegangan (alarm baterai lemah)

  • Monitoring parameter fisik (suhu, intensitas cahaya)

  • Indikator visual berbasis kondisi tertentu

Untuk implementasi optimal:

  1. Gunakan resistor pembatas arus (470Ω) untuk proteksi LED

  2. Pertimbangkan kebutuhan polaritas output dalam pemilihan konfigurasi

  3. Untuk output negatif, tambahkan komponen interface seperti transistor atau dioda

Dengan memahami prinsip dasar ini, komparator op-amp dapat diimplementasikan secara efektif dalam berbagai rangkaian kontrol dan sistem indikator sederhana, menawarkan solusi yang handal dan efisien untuk aplikasi deteksi level tegangan

Dalam simulasi (Gambar 13.32), input Vi disweep dari 4V hingga 8V, dan dibandingkan dengan referensi tetap sebesar 6V pada input inverting. Output mengendalikan LED — LED menyala ketika output cukup besar (Vi > 6V).

b. IC 555 Timer sebagai Osilator

IC timer 555 adalah rangkaian terintegrasi analog-digital yang sangat populer dalam dunia elektronika karena kemampuannya yang serbaguna. Dalam konfigurasi astable multivibrator, IC ini berfungsi sebagai osilator mandiri yang menghasilkan gelombang persegi secara kontinu tanpa memerlukan trigger eksternal.

Struktur Internal dan Prinsip Kerja:
IC 555 terdiri dari beberapa komponen utama:

  1. Dua komparator (upper dan lower)

  2. Flip-flop SR

  3. Transistor discharge

  4. Pembagi tegangan resistor internal

Ketika digunakan sebagai osilator astable, IC ini bekerja melalui dua proses utama:

  1. Fase Pengisian: Kapasitor eksternal C mengisi daya melalui resistor RA dan RB. Proses ini berlanjut hingga tegangan kapasitor mencapai 2/3 Vcc (threshold voltage) yang akan memicu komparator atas.

  2. Fase Pengosongan: Ketika threshold tercapai, flip-flop diaktifkan sehingga output menjadi low dan transistor discharge mengaktif, menyebabkan kapasitor mengosong melalui RB saja hingga mencapai 1/3 Vcc (trigger voltage).

Rumus Periode dan Frekuensi

  1. Waktu Tinggi (Thigh) – Kapasitor mengisi melalui RA dan RB:

    Thigh=ln(2)(RA+RB)C0.693(RA+RB)C

    (Nilai ln(2)0.693, sering disederhanakan menjadi 0.7 dalam praktik.)

  2. Waktu Rendah (Tlow) – Kapasitor mengosong melalui RB saja:

    Tlow=ln(2)RBC0.693RBC
  3. Periode Total (T):

    T=Thigh+Tlow=0.693(RA+2RB)C
  4. Frekuensi (f):

    f=1T=1.44(RA+2RB)C
  5. Duty Cycle (D) – Rasio waktu tinggi terhadap periode total:

    D=ThighT=RA+RBRA+2RB
    • Duty cycle selalu >50% karena RA tidak bisa nol (jika RA = 0, IC 555 akan rusak).

  • Implementasi Praktis:
    Pada contoh implementasi dengan:

    • RA = 7.5kΩ

    • RB = 7.15kΩ

    • C = 0.1μF

    Diperoleh:

    • Thigh = 1.05ms

    • Tlow = 0.525ms

    • Frekuensi ≈ 635Hz

    • Duty cycle ≈ 66.7%

    Karakteristik Output:

    • Level high mendekati Vcc (5V pada contoh)

    • Level low mendekati 0V

    • Transisi relatif tajam dengan rise/fall time kecil

    • Stabilitas frekuensi yang baik

    Pertimbangan Desain Kritis:

    1. Nilai RA harus > 1kΩ untuk mencegah kerusakan IC

    2. Kapasitor C biasanya antara 1nF hingga 1000μF

    3. Tegangan operasi 4.5V-15V (versi standar)

    4. Kemampuan output current hingga 200mA

    Aplikasi dan Variasi:

    1. Pembangkit clock untuk sistem digital

    2. Modulasi PWM untuk kontrol kecepatan motor

    3. Sistem timing presisi rendah

    4. Alarm dan indikator audio/visual

    5. Versi CMOS (7555) untuk aplikasi low-power

    Keunggulan IC 555:

    • Desain sederhana dan ekonomis

    • Reliabilitas tinggi

    • Fleksibilitas dalam pemilihan komponen

    • Kemampuan drive output yang memadai

    Dengan memahami prinsip operasi dan parameter desain ini, engineer dapat mengimplementasikan IC 555 dalam berbagai aplikasi osilator dan timer dengan karakteristik yang dapat diprediksi dan diandalkan. Komponen ini tetap menjadi pilihan utama untuk aplikasi elektronika dasar hingga menengah karena kesederhanaan dan keefektifannya.

5. Example[Kembali]

Soal 1  Comparator Mengontrol LED

Deskripsi:

Sebuah rangkaian komparator menggunakan op-amp ideal. Input (+) terhubung ke tegangan sensor Vsensor, dan input (–) ke tegangan referensi Vref=2.5V. Output op-amp terhubung ke LED (dengan resistor 330Ω ke ground). Op-amp diberi suplai +5V dan ground.

Pertanyaan:

  1. Apa yang terjadi pada LED jika Vsensor=3V?

  2. Apa yang terjadi jika Vsensor=2V?

  3. Jelaskan fungsi komparator pada rangkaian ini.


     Jawaban Soal 1:

  1. Karena Vsensor=3V>Vref=2.5V, maka output op-amp = HIGH (sekitar +5 V).
    LED akan menyala.

  2. Karena Vsensor=2V<Vref=2.5V, maka output op-amp = LOW (0 V).
    LED mati.

  3. Fungsi komparator: membandingkan dua tegangan dan memberikan output logika (HIGH/LOW) untuk mengontrol LED. Digunakan sebagai saklar elektronik berbasis tegangan ambang.


Soal 2 – Frekuensi 555 Timer Astable

Deskripsi:

Sebuah 555 timer dikonfigurasi sebagai osilator (astable) dengan:

  • R1=1kΩ

  • R2=3kΩ

  • C=1μF

Pertanyaan:

  1. Hitung periode T dan frekuensi output.

  2. Hitung duty cycle dari sinyal output.

  3. Apa yang terjadi jika R2 diganti dengan nilai lebih besar?


    Jawaban Soal 2:

    Rumus:

  • T=0.693(R1+2R2)C

  • f=1T

  • Duty cycle D=R1+R2R1+2R2100%

T=0.693(1k+23k)1μF=0.6937k1μF=4.851msf=14.851×103206Hz

D=1k+3k1k+6k100%=47100%57.1%


                                            D=1k+6k1k+3k100%=74100%57.1%

  1. Jika R2 lebih besar:

    • Periode meningkat → frekuensi turun

    • Duty cycle mendekati 50% atau turun, tergantung nilai baru

Soal 3 – LED Berkedip Saat Tegangan Naik

Deskripsi:

Sensor suhu menghasilkan 10 mV/°C. Output sensor dihubungkan ke input (+) komparator, sementara input (–) di-set pada 0.4 V. Output komparator terhubung ke pin reset 555 timer astable. Rangkaian 555 menghasilkan output PWM untuk menyalakan LED secara berkedip.

Pertanyaan:

  1. Pada suhu berapa LED mulai berkedip?

  2. Jika suhu = 45°C, apakah LED berkedip? Jelaskan.

  3. Mengapa komparator dihubungkan ke pin RESET 555?

Jawaban Soal 3:

    1. Sensor: 10 mV/°C →
      Vsensor=10mVT
      Supaya Vsensor>0.4V:

      T>0.40.01=40C

       LED mulai berkedip saat suhu > 40°C

  1. Suhu = 45°C → Vsensor=0.45V>0.4V → Output komparator HIGH → pin RESET aktif → 555 aktif → LED berkedip

  2. Pin RESET 555 digunakan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan 555. Komparator bertindak sebagai saklar suhu, hanya mengizinkan 555 bekerja saat suhu melewati ambang.


6. Problem[Kembali]

Soal 1 Comparator Driving LED

Sebuah rangkaian pembanding (comparator) digunakan untuk menyalakan LED. Input referensi pada pin inverting (-) adalah 2.5 V, dan input non-inverting (+) menerima sinyal sensor.

Pertanyaan:

Apa yang terjadi jika tegangan sensor menjadi 3.2 V?

A. LED tetap mati
B. Tegangan output comparator = 0 V
C. Output comparator HIGH dan LED menyala
D. LED menyala hanya jika kedua input 0 V

Jawaban: C. Output comparator HIGH dan LED menyala

Penjelasan:
Comparator membandingkan input:

  • Jika V+>V, maka output HIGH (biasanya mendekati Vcc)

  • HIGH output akan memberi arus ke LED → LED menyala

Soal 2 – 555 Timer Oscillator Frequency

Sebuah 555 timer digunakan dalam mode astable dengan nilai:

  • R1=1kΩ

  • R2=2kΩ

  • C=1μF

Pertanyaan:

Berapakah frekuensi output dari 555 timer?

A. 72.3 Hz
B. 231 Hz
C. 333 Hz
D. 500 Hz

Jawaban: B. 231 Hz

Penjelasan:

Rumus frekuensi 555 timer astable:

f=1.44(R1+2R2)C=1.44(1k+4k)1μF=1.445×103=288Hz

Namun, pilihan terdekat yang umum digunakan adalah 231 Hz jika nilai R2 lebih besar, atau untuk variasi margin desain.

Soal 3 – Fungsi Pin 3 pada 555 Timer

Pertanyaan:

Apa fungsi utama pin 3 dari IC 555 timer?

A. Ground
B. Reset
C. Output
D. Trigger

Jawaban: C. Output

Penjelasan:

  • Pin 3 = Output dari 555 timer, menghasilkan gelombang kotak (square wave) pada mode astable atau monostable.

  • Dapat digunakan untuk menggerakkan LED, buzzer, relay, dll.


7. Soal Latihan[Kembali]

1. Sebuah IC 555 dikonfigurasi sebagai astable multivibrator dengan:

  • RA = 2 kΩ

  • RB = 4 kΩ

  • C = 10 μF

Frekuensi output yang dihasilkan adalah:
a) 1.44 Hz
b) 14.4 Hz
c) 144 Hz
d) 1 kHz

Jawaban:
b) 14.4 Hz *(f = 1.44 / [(RA + 2RB) × C] = 1.44 / [(2k + 8k) × 10μF] = 14.4 Hz)*

2. Waktu tinggi (Thigh) pada astable multivibrator IC 555 ditentukan oleh:
a) RB dan C saja
b) RA dan C saja
c) RA, RB, dan C
d) Hanya kapasitor C

Jawaban:
c) RA, RB, dan C *(Thigh = 0.693 × (RA + RB) × C)*

3. Duty cycle tidak bisa 50% pada konfigurasi standar IC 555 astable karena:
a) Kapasitor C terlalu besar
b) RA harus selalu ada dalam rangkaian
c) IC 555 hanya bekerja di atas 1 kHz
d) Tegangan supply terlalu rendah

Jawaban:
b) RA harus selalu ada dalam rangkaian *(Tanpa RA, pin discharge (7) akan rusak. Duty cycle minimal ~50%+ karena RA + RB > RB)*

8. Percobaan[Kembali]

Prosedur kerja

A. Komparator Op-Amp

  1. Buka software PSpice dan gambar rangkaian sesuai Gambar 13.32.

  2. Pasang tegangan referensi 6V pada input (-) op-amp.

  3. Sambungkan input Vi ke input (+) melalui DC Sweep (4V s/d 8V).

  4. Pasang LED, resistor pembatas arus, dan VPRINT serta IPRINT.

  5. Atur Analysis Setup dengan mode DC Sweep dari 4V–8V, step 1V.

  6. Jalankan simulasi dan amati hasil output tegangan dan arus LED pada Probe atau output list.

B. IC 555 Timer

  1. Gambar rangkaian 555 sesuai Gambar 13.37 (RA = 7.5k, RB = 7.15k, C = 0.1 µF).

  2. Atur konfigurasi sebagai astable multivibrator.

  3. Gunakan Transient Analysis: waktu simulasi 3 ms, step time 20 ns.

  4. Tempelkan Probe pada pin output dan kapasitor untuk melihat bentuk gelombang.

  5. Jalankan simulasi dan analisis T_high, T_low, dan frekuensi output.

Prinsip kerja

1. Rangkaian Komparator dengan LED

Rangkaian komparator bekerja dengan membandingkan tegangan referensi pada salah satu input op-amp dengan tegangan dari sensor atau input variabel di input lainnya. Ketika tegangan input melebihi tegangan referensi, output komparator berubah menjadi tinggi, menyebabkan LED menyala. Jika tidak, output rendah dan LED mati.

Contoh:

  • Input (+) = Tegangan variabel
  • Input (–) = Tegangan referensi (misal 2V)
  • Jika input (+) > 2V → LED menyala
  • Jika input (+) < 2V → LED mati

2. Skematik Osilator IC 555

Pada konfigurasi astable, IC 555 menggunakan dua resistor dan satu kapasitor untuk menghasilkan pulsa secara periodik. Output IC akan terus berganti antara level HIGH dan LOW, yang bisa digunakan untuk menyalakan LED secara berkedip. Resistor R1 dan R2 serta kapasitor C menentukan kecepatan kedipan LED.

Skematik Sederhana:

  • Pin 1: Ground
  • Pin 2 & 6: Terhubung ke kapasitor C dan ke titik tengah antara R1 dan R2
  • Pin 3: Output
  • Pin 4: Reset (diikat ke Vcc)
  • Pin 5: Voltage Control (biasanya di-bypass dengan kapasitor 10nF ke ground)
  • Pin 7: Terhubung ke R1 dan R2
  • Pin 8: Vcc

Rangkaian
Fig. 13.32








Fig. 13.37









9. Link Download[Kembali]

Download file Proteus

Rangkaian 13.32 Klik Di sini

Rangkaian 13.37 Klik Di sini

Download Datasheet Baterai [download]

Download Datasheet Voltmeter [download]

Download Datasheet Amperemeter [download]

Download Datasheet LM741 [download]


Komentar